Pojoksumsel.com – Marina Budiman, co-founder dan komisaris utama perusahaan pusat data DCI Indonesia, baru saja mengalami penurunan kekayaan yang signifikan.
Dalam tiga hari, kekayaan Marina Budiman turun $3,6 miliar, hampir setengah dari total sebelumnya yang mencapai $7,5 miliar, seperti dikutip dari laman ndtv.
Penurunan drastis ini terjadi setelah saham DCI Indonesia mengalami penurunan tajam.
Tidak hanya Marina, rekan pendiri lainnya, Otto Toto Sugiri dan Han Arming Hanafia, juga merasakan dampak serupa dengan penurunan kekayaan gabungan lebih dari $17 miliar.
Pada penutupan perdagangan Selasa, nilai pasar DCI Indonesia mendekati $17 miliar.
Pendapatan tahun lalu $112 juta dengan keuntungan $49 juta, membuat rasio P/E DCI Indonesia mencapai 416 kali, tertinggi di industrinya.
Salah satu faktor penyebab volatilitas ini adalah rendahnya likuiditas saham. Sebanyak 78% saham DCI dimiliki oleh empat individu, sehingga hanya sebagian kecil yang diperdagangkan publik.
Dari 2,4 miliar saham beredar, hanya 80.400 saham yang diperdagangkan hingga Rabu siang di Jakarta, jauh lebih sedikit dibandingkan perusahaan seukuran serupa.
Menurut Mohit Mirpuri, manajer dana di SGMC Capital Pte Singapura, fluktuasi harga DCI “sebagian besar disebabkan oleh terbatasnya free float. Spread bid-offer sempit, sehingga setiap posisi substansial dapat menggerakkan saham secara signifikan.”
Fenomena fluktuasi harga saham yang liar ini bukan hal baru di pasar modal Indonesia. Beberapa perusahaan mengalami fluktuasi harga saham hingga 1.000% dalam beberapa tahun terakhir tanpa korelasi jelas dengan kinerja keuangan dasar.