32.1 C
Palembang
Tuesday, 15 October 2024
spot_img
spot_img
NewsRahasia Puasa Syawal, 6 Hari Mencari Kesempurnaan

Rahasia Puasa Syawal, 6 Hari Mencari Kesempurnaan

Baca juga

RD Sukmana
RD Sukmanahttps://pojoksumsel.com
RD Sukmana merupakan wartawan senior yang lebih suka menyebut dirinya seniman kata-kata daripada wartawan, karena baginya wartawan memiliki filosofi yang sangat luhur.

PojokSumsel.com – Membuka pintu rahasia puasa sunah Syawal bagi sebagian umat adalah upaya enam hari dalam mencari kesempurnaan ibadah puasa Ramadan. Mereka tak hanya melatih diri menahan nafsu belaka setelah satu bulan berpuasa Ramadan, melainkan berusaha meningkatkannya dengan berpuasa Syawal dalam upaya meraih kesempurnaan diri.

Memang, berakhirnya Ramadan bagi segelintir umat membawa perasaan sedih yang mendalam. Dalam keyakinan mereka, Ramadan adalah bulan di mana Allah memberikan kesempatan dan membuka ampunan selebar-lebarnya kepada siapa saja yang ingin mendapatkan berkah dan rahmat-Nya. Tak ayal, mereka pun melepas Ramadan dengan perasaan duka di saat sebagian besar umat menyambut Idulfitri dengan penuh kegembiraan.

Namun bagi para pencari ampunan Ilahi ini, mereka tak akan larut begitu saja dengan euforia lebaran. Meski ketupat masih banyak, opor ayam dan sambal kentang hati masih tersaji beserta penganan dan kue-kue aneka rupa, mereka dengan penuh keyakinan akan menunda nikmat itu untuk menjalankan puasa sunah Syawal sebanyak enam hari.

Mereka sami’na wa atho’na berpijak pada sabda Rasulullah: “Puasa Ramadhan (pahalanya) seperti puasa 10 bulan, dan berpuasa enam hari setelahnya (Syawal) pahalanya seperti puasa dua bulan, maka jumlahnya menjadi satu tahun.” (Syekh Jalaluddin as-Suyuthi, al-Jamius Shagir, juz 2, h. 189). Dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang berpuasa Ramadan dan diikuti dengan enam hari bulan Syawal, maka baginya pahala puasa selama satu tahun penuh” (HR Muslim).

Dari hadits tersebut, para ulama ahli hadits dan ahli fiqih mengatakan bahwa berpuasa 6 hari pada bulan Syawal hukumnya sunnah, juga karena Rasulullah tidak pernah meninggalkan amalan puasa tersebut. Namun, yang terpenting dari dianjurkannya puasa pada bulan Syawal bukan sekadar tentang sunnahnya.

Lebih dari itu, syariat Islam ingin memberikan jalan gampang pada pemeluknya untuk bisa mendapatkan pahala sebanding dengan puasa satu tahun, tanpa harus melakukannya selama satu tahun penuh. Sedangkan berpuasa selama satu tahun penuh hukumnya makruh. Sebagaimana dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda: “Tidak ada puasa bagi orang yang berpuasa selamanya (satu tahun)” (HR al-Bukhari & Muslim).

Berpuasa selama satu tahun penuh bukan semata-mata menumpuk pahala sebanyak-banyaknya, melainkan menerima hikmah kebaikan berpuasa. Imam Nawawi dalam kitab Syarah an-Nawawi memberikan penjelasan yang bisa diterima oleh akal, tentang pahala puasa Ramadhan dan 6 hari pada bulan Syawal bisa menyamai pahala puasa selama satu tahun.

Ia mengatakan: “Berkata para ulama, alasan (puasa Ramadan dan 6 hari pada bulan Syawal) bisa menyamai pahala puasa selama satu tahun, berdasarkan bahwa satu kebaikan (puasa) menyamai sepuluh kebaikan, dengan demikian bulan Ramadan menyamai sepuluh bulan, dan 6 hari (puasa di bulan Syawal) menyamai dua bulan lainnya.” (Imam Nawawi, Syarah Muslim, juz 8, h. 56).

Dalam pelaksanaannya, mayoritas ulama kalangan mazhab Syafi’iyah mengatakan, bahwa berpuasa pada bulan Syawal boleh dilakukan secara terus-menerus (berturut-turut) setelah hari raya Idul Fitri, atau secara terpisah. Dan kedua cara ini sama-sama mendapatkan pahala sunnah. Hanya saja, lebih baik dilakukan secara terus-menerus. (Lihat, al-Fawaidul Mukhtarah, h. 231).

Di dalam Risalah Ramadhan, buah karya Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim al-Jarullah memberikan rincian keutamaan puasa di bulan Syawal dan 6 hari mencari kesempurnaan pahala dari Allah, di antaranya:

Pertama, puasa enam hari di bulan Syawal setelah Ramadan, merupakan pelengkap dan penyempurna pahala dari puasa setahun penuh. Bisa dikatakan puasa Ramadhan adalah modal dan untungnya adalah puasa sunnah.

Kedua, puasa Syawal dan puasa sunnah lainnya bagaikan salat sunah rawatib, berfungsi sebagai penyempurna dari kekurangan.

Ketiga, membiasakan puasa setelah Ramadan menandakan diterimanya puasa Ramadan.

Sebagian orang bijak mengatakan, “Pahala amal kebaikan adalah kebaikan yang ada sesudahnya.”

Keempat, puasa Ramadhan dapat mendatangkan maghfirah–Nya atas dosa-dosa masa lalu. Sesungguhnya tak ada nikmat yang lebih agung dari pengampunan dosa-dosa, karena termasuk ungkapan rasa syukur seorang hamba atas pertolongan dan ampuan yang telah dianugerahkan kepadanya adalah dengan berpuasa setelah Ramadan.

Kelima, amal-amal yang dikerjakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya pada bulan Ramadan tidak terputus dengan berlalunya bulan mulia ini.

Keenam, -berdasarkan sumber lain- puasa enam ini memberikan ruang kembali kepada sistem pencernaan badan untuk beristirahat dan bertugas secara berangsur-angsur untuk kebaikan jasmani manusia itu sendiri.

Ketujuh, selain dari itu, berpuasa enam hari setelah Ramadan seolah-olah menunjukkan bahwa kita tidak melakukan ibadah puasa semata-mata karena ia menjadi satu kewajiban tetapi karena rasa diri kita sebagai seorang hamba yang benar-benar bersungguh-sungguh untuk taqarrub kepada Tuhannya.

Nah, Anda yang berkeinginan keras untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah, kenapa tidak untuk mulai menunaikan puasa sunnah Syawal sekarang juga? Mumpung masih awal-awal bulan Syawal. Karena Allah sangat menyukai hamba-hambanya yang selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya. Bukankah ibadah puasa ini menurut hadits sebenarnya mengekang nafsu syahwat?  Wa Allahu A’lam bi al-Sahwwab.

 

Artikel lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terbaru