25.1 C
Palembang
Thursday, 25 July 2024
spot_img
spot_img
NewsMengungkap Kehidupan Anak-anak Bui Beribukan Napi

Mengungkap Kehidupan Anak-anak Bui Beribukan Napi

Baca juga

RD Sukmana
RD Sukmanahttps://pojoksumsel.com
RD Sukmana merupakan wartawan senior yang lebih suka menyebut dirinya seniman kata-kata daripada wartawan, karena baginya wartawan memiliki filosofi yang sangat luhur.

PojokSumsel.com – Satu lagi karya sineas anak bangsa yang apik dikemas, mengungkapkan lebih dekat kehidupan nyata para narapidana hamil dan anak-anak yang lahir dari ibu narapidana. Pemutaran dan diskusi sinema layar perak ini digelar di Cinepolis Palembang Icon, Sabtu (29/05).

Film produksi Lam Horas Film bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berjudul Invisible Hopes ini berhasil memenangkan Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 2021 kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik.

Sutradara sekaligus produser film Lamtiar Simorangkir yang hadir pada acara ini mengatakan, ketika timnya membuat fil itu yang pertama kali dipikirkan hanya ingin memberitahukan kepada khalayak ramai bahwa ada anak-anak yang lahir dan besar di balik jeruji besi.

“Saya secara pribadi merasa sangat sedih ketika tahu ada anak-anak yang lahir, hidup dan besar di dalam penjara. Hal seperti inilah kami mengangkat tema cerita filmnya,” ujar Lamtiar.

Ia mengatakan, pada waktu memulai riset dan shooting, tim mendapati permasalahan yang sangat kompleks, yakni dari mulai perempuan hamil yang ditangkap, melahirkan dan membesarkan anak. Anak harus keluar ibunya belum bebas anak belum tahu berakhir di mana.

“Makin ke belakang persoalannya semakin besar dan yang paling masalah negara kemana saat dibutuhkan? Karena, seperti keluarga tidak mau mengambil dan membesarkan anak yang terlahir di penjara. Harusnya negara mengambil alih,” tutur Lamtiar.

Ia melanjutkan, pihaknya berkeinginan film ini menjadi bahan diskusi daninformasi untuk menemukan solusi terbaik. “Ini bukan tugas Kemenkumham saja, tetapi juga tugas dari KemenPPA, Kemensos, Kemenkes termasuk juga Kemendagri, yakni persoalan identitas anak yang tidak terpenuhi,” bebernya.

Lamtiar menyadari, sebagai sineas bukan posisinya untuk menghakimi atau memberikan solusi, melainkan berupaya menggerakkan orang lain untuk mengambil solusi. Ia berharap, Presiden Jokowi pun mau meluangkan waktu untuk menonton film ini.

“Kami berharap beliau untuk menonton filmnya. Bahkan kami undang beliau melalui surat juga belum ada respon. Karena ini masalah kompleks, tidak hanya diselesaikan di daerah-daerah tetapi harus ada perubahan secara regulasi,” ungkapnya.

“Yang bikin kita sedih karena kami hanya filmmaker. Kisah dalam film itu nyata, tapi kami merasa kok hanya kami yang peduli dan berjalan sendirian,” pungkasnya.

Artikel lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terbaru