MUARA ENIM, POJOKSUMSEL – Martono (32) tidak menyangka buah tangan meja kursi yang di buatnya dari batang kayu di belah bisa diminati para pejabat di lingkungan BUMN di Tanjung Enim, bahkan Martono dibantu 4 kawannya itu tengah mengerjakan pesanan dari Camat Lawang Kidul dan bupati Muara Enim.
Sebelum menggeluti usaha mebel ini, Martono adalah seorang pengangguran dengan hidup berpindah-pindah bersama komunitas Punk di Tanjung Enim. Kehidupan dijalan tersebut membawanya dikenal oleh pegawai BUMN membidangi Bina Lingkungan satuan kerja CSR. Ia mengaku mendapatkan bahan baku mebel itu didapatkan dari Lahat.
Ditemui di tempat kerjanya, Rabu (10/2/2021) kemarin, Martono tengah mengerjakan meja pesanan pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Muara Enim. Sebelumnya dia juga sudah menyelesaikan pesanan dari pejabat BUMN.
“Meja ini pesanan pak Camat Lawang Kidul, dan juga pesanan pak bupati. Sebelumnya kami menyelesaikan pesanan pak GM dan pejabat PTBA,”ungkap Tono.
Tono mengaku, usaha ini maju banyak terbantu setelah menjadi binaan CSR Bukit Asam. Antara lain bantuan pemasaran dari semua produk meja kursi produksinya. Usaha yang tengah digeluti setahun ini rata-rata Mampu menjual 10 unit selama satu bulan. Harga meja kursi kayu karyanya bervariasi antara 5 – 7 juta rupiah. Ia pun ingin mengajak teman-teman ikut bergabung dalam usaha ini.
“Saya ingin mengajak teman-teman yang masih hidup dijalan, untuk ikut bergabung menjalankan usaha ini. Saya dulu pernah susah seperti mereka, dan ingin menolong teman-teman yang mau bergabung,”terang Tono.
Sementara itu, Manager Bina Lingkungan, Hendri Mulyono, melalui Asisten Manager Hartoyo menuturkan, salah satu peran perusahaan ada ditengah-tengah masyarakat sekitar adalah dengan program pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kemampuan maupun bakatnya.
“Kebetulan mas Tono ini mempunyai keahlian membuat mebeler, seperti meja kursi dari bahan kayu. Awalnya manager saya melihat kegiatan mas Tono dijalan, dan mengajak anak-anak punk untuk mengikuti program CSR. Lalu kami memberikan wadah melalui SIBA Pertukangan,”kata Hartoyo.
Imbuh dia, peran CSR selama ini masih dalam pembinaan manajemen usaha, pendampingan produksi, dan membantu pemasaran. Kedepan, pihaknya masih melihat perkembangan usaha tersebut sebelum memberikan bantuan sarana dan prasarana produksi.
“Kami ingin mas Tono ini bisa memotivasi anak-anak Punk lainnya, untuk memulai kehidupan yang baru, dan membuka lapangan pekerjaan bagi mereka. Sebenarnya anak-anak ini dengan latar belakang yang jelas, akan tetapi karena pergaulan, maupun masalah sosial, sehingga mereka memilih hidup bebas,”kata Hartoyo.(Res)