PojokSumsel.com – Satker Humas PT Bukit Asam, Tbk. (PTBA) lagi-lagi kembali menjadi sasaran protes puluhan wartawan yang tergabung dalam organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Muara Enim, Selasa (23/08).
Mereka menggelar aksi unjuk rasa ke PTBA sebagai bentuk protes terhadap adanya ketidakjelasan perusahaan dalam menerapkan Keterbukaan Informasi Publik setelah adanya insiden larangan peliputan bagi 12 anggota PWI Muara Enim dan dugaan perlakuan kasar oknum staf Humas PTBA kepada salah satu wartawan dalam kegiatan peresmian objek wisata Museum Batu Bara Tanjung Enim, Rabu (17/08).
Ketua PWI Kabupaten Muara Enim, Al Azhar mengatakan, pada hari peresmian sejumlah wartawan sudah diberi ID Card bertuliskan ‘Media’ oleh pihak panitia yang biasanya dikoordinir Satker Humas.
Namun entah kenapa, secara tiba-tiba mereka dilarang untuk melakukan kegiatan peliputan tanpa ada alasan yang jelas. Tidak cukup sampai di situ, seorang wartawan yang ingin mengkonfirmasikan pelarangan itu kepada salah satu pejabat PTBA, diduga dihalang-halangi secara kasar oleh oknum staf Humas PTBA.
Al Azhar meminta Direktur Utama PTBA untuk mengevaluasi kinerja jajaran di bawahnya serta menuntut jajaran PTBA benar-benar memahami, bahwa jurnalis adalah pekerja publik dan dalam melakukan pekerjaannya dilindungi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. “Jajaran PTBA masih banyak yang belum paham, bahwa menghalangi kerja jurnalis berarti melanggar undang-undang,” ujarnya.
Dirinya mengatakan, insiden saat peresmian Museum Batu Bara Tanjung Enim adalah puncak keresahan jurnalis yang ada di Kabupaten Muara Enim, terutama anggota PWI terhadap perlakuan jajaran PTBA. “Sebenarnya bukan sekali ini saja terjadi larangan meliput acara resmi PTBA tanpa alasan yang jelas, padahal wartawan jelas-jelas diundang untuk meliput. Ini adalah puncaknya sehingga memaksa kami menggelar aksi ini,” kata Al Azhar, dilansir dari tvonenews.com.
Ia menyesalkan kinerja Satker Humas PTBA yang telah mengundang kalangan wartawan untuk meliput kegiatan peresmian Museum Batu Bara Tanjung Enim sebagai perhelatan yang cukup akbar untuk skala kabupaten, karena digelar di ruang terbuka dan mendatangkan artis dari Jakarta.
Al Azhar dan rekan-rekan wartawan lainnya juga tak habis mengerti, mengapa pada saat kegiatan itu dimulai, tiba-tiba wartawan tidak diberi akses untuk melakukan peliputan dan pelarangan itu dilakukan secara mendadak tanpa alasan yang jelas. “Lebih baik dari awal tak usah lah undang-undang wartawan, daripada diundang resmi tapi malah dibeginiin,” imbuhnya.
Sebagai wujud puncak kekecewaan terhadap PTBA, para anggota PWI sepakat mengembalikan baju seragam bertuliskan ‘Sahabat Jurnalis Bukit Asam’ yang digagas dan dibagikan PTBA kepada PWI Kabupaten Muara Enim sebelumnya.
“Kami akan kawal aspirasi yang disampaikan kawan-kawan PWI ini dan meminta jawaban secara tertulis dari Direktur Utama PTBA kepada PWI Muara Enim dalam waktu satu atau dua minggu ini. Jika aspirasi tidak ditanggapi maka kami akan kembali rapatkan, untuk menentukan tindakan selanjutnya,” ungkap Al Azhar.
Sementara itu, General Manager Pertambangan Tanjung Enim PTBA, Venpri Sagara yang menemui peserta aksi menerima aspirasi yang disampaikan para wartawan. Dirinya berjanji akan menyampaikan tuntutan yang disampaikan ke manajemen di atasnya.
“Keluhan wartawan ini akan sambut dengan baik sebagai kritik bagi kami dan akan kami sampaikan ke pimpinan. Namun kami berharap ke depan dari kritik ini akan membangun kembali hubungan perusahaan dengan wartawan menjadi lebih baik lagi,” pungkasnya.