27.1 C
Palembang
Thursday, 28 March 2024
spot_img
PendidikanWindow Shopping, Metode Belajar Baru Sesuai Kebutuhan Karakter Siswa

Window Shopping, Metode Belajar Baru Sesuai Kebutuhan Karakter Siswa

Baca juga

RD Sukmana
RD Sukmanahttps://pojoksumsel.com
RD Sukmana merupakan wartawan senior yang lebih suka menyebut dirinya seniman kata-kata daripada wartawan, karena baginya wartawan memiliki filosofi yang sangat luhur.

PojokSumsel.com – Dari namanya, window shopping, sering kita dengan sebagai ‘cuci mata’ saat berbelanja. Namun istilah ini sama sekali tidak mengajarkan siswa untuk cuci mata atau belanja, melainkan belajar antar kelompok.

Setiap sekolah memang memilikik metode belajar yang berbeda-beda mengikuti karakter siswa. Sebagai sebuah metode belajar, window shopping menjadi kegiatan pembelajaran berdiferensiasi yang mampu memenuhi kebutuhan belajar siswa.

Salah satu sekolah yang berhasil menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah SMA Negeri 3 Surakarta. SMA di Kota Solo ini termasuk ke dalam Sekolah Penggerak di Provinsi Jawa Tengah. Dalam kegiatan belajar mengajar, SMA Negeri 3 menggunakan metode yang unik bernama Window Shopping.

Dalam Window Shopping, siswa akan dimasukkan dalam kelompok-kelompok. Nah tiap kelompok nantinya akan belajar dari kelompok lain. Jadi siswa tidak hanya duduk di kursi masing-masing, melainkan bebas berkeliling kelas untuk berdiskusi dengan kelompok lain.

Hal itu dilakukan untuk memfasilitasi gaya belajar siswa yang kinestetik, atau gaya belajar dengan melibatkan gerakan. Calon guru penggerak di SMAN 3 Surakarta, Wardi, mengatakan, sebagai seorang pendidik, guru harus mampu melayani peserta didik yang memiliki beragam karakter, gaya belajar yang berbeda-beda, dan berbagai macam persiapan belajar.

“Jadi dalam Window Shopping, siswa diberi kesempatan untuk keliling, menanyakan kepada kelompok lain mengenai materi yang dikuasai masing-masing kelompok, sehingga semua materi yang disampaikan bisa terserap oleh anak-anak. Itulah salah satu metode sebagai fasilitasi gaya belajar anak-anak yang kinestetik,” ujar Wardi dalam laman Kemendikbudristek, Minggu (17/07), dilansir dari detiknews.com.

Metode pembelajaran Window Shopping tersebut disukai para peserta didik di SMAN 3 Surakarta, salah satunya Athaya. Ia mengatakan, Window Shopping merupakan metode pembelajaran yang menyenangkan.

“Jadi ada presentasi menggunakan metode berkelompok. Lalu ada yang jaga stand, dan sisanya berkeliling ke kelompok lain untuk melihat proyek kelompok lain,” katanya.

Nah, apa sekolahmu tertarik menerapkan metode belajar Window Shopping?

Artikel lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

Artikel Terbaru