PojokSumsel.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengungkapkan alasan mengapa hanya 20 dari 4.500 perguruan tinggi di Indonesia yang masuk peringkat dunia.
Direktur Kelembagaan Ditjen Diktiristek Lukman mengatakan hal tersebut karena biaya pendidikan tinggi di Indonesia sangat rendah.
“Kemudian dari 20 ini masuk 500 besar hanya 5 perguruan tinggi. Ini kan berarti dipertanyakan, kok bisa ya perguruan tingginya banyak, tetapi sedikit yang bisa masuk ke pemeringkatan perguruan tinggi,” kata Lukman dalam Silaturahmi Merdeka Belajar yang digelar daring, Kamis (28/07) dilansir dari cnnindonesia.com.
“Setelah dilihat terkait dengan kualitas ini adalah ternyata biaya pendidikan perguruan tinggi kita itu rendah sekali,” sambungnya.
Lukman pun membeberkan besaran biaya pendidikan perguruan tinggi di Indonesia. Ia menyebut biaya pendidikan yang dikeluarkan kurang lebih hanya Rp28 juta dalam waktu satu tahun.
“Kalau di kursnya, di dollar itu kita USD2.000. Dibandingkan ini, dengan India itu USD3.000 setahun. Kita hanya lebih tinggi dari Filipina itu USD1.000, masih jauh dari Malaysia kurang lebih USD7.000, dari Jepang itu adalah USD8.000 ,” beber Lukman.
Oleh karena itu, Kemendikbudristek menyiapkan dana abadi perguruan tinggi guna meningkatkan kualitas perguruan-perguruan tinggi yang ada di Indonesia agar bisa menjadi perguruan tinggi kelas dunia.
Adapun pada tahap awal dana abadi perguruan tinggi akan diberikan kepada Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH). Hal itu lantaran PTN BH fleksibel dari sisi pengelolaan anggaran.
Lukman mengatakan bahwa PTN BH merupakan PTN yang otonom. Artinya mampu mengelola anggaran secara mandiri tanpa bergantung kepada anggaran pemerintah. Ia menyebut PTN BH memiliki anggaran-anggaran lain yang bisa dioptimalkan guna meningkatkan kualitas mutu pendidikan tinggi, terutama menuju perguruan tinggi berkelas dunia.
“Kenapa diberikan kepada PTN BH? Karena PTN BH sesuai dengan amanat undang-undang dan peraturan pemerintah diberikan kebebasan otonomi untuk rekrutmen SDM, untuk pengelolaan anggaran,” pungkasnya.