PojokSumsel|Muara Enim – Kondisi cuaca kemarau seperti saat ini berdamak pada lingkungan. Mulai dari minimnya sumber air, debu serta asap yang juga menjadi momok saat musim kemarau tiba. Kondisi ini memang harus segera disikapi oleh pemerintah, stageholder dengan dukungan juga dari masyarakat.
Dan yang saat ini berdampak paling luas akibat kemarau adalah udara yang tidak sehat karena sudah bercampur dengan asap. Dibeberapa daerah di Sumatera Selatan seperti Kota Palembang dan kota lainnya, udara sudah masuk dalam kategori berbahaya. Udara yang bercampur asap menjadikan kekhawatiran berdampak buruk baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk kesehatan masyarakat.
Di Sumsel sendiri, sumber asap paling tinggi berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup berasal dari kebakaran lahan di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI). Dimana ada beberaa perusahaan perkebunan yang dikenai sangksi oleh KLH karena dianggap berperan menjadi penyubang asap. Ribuan hektar lahan yang terbakar mengakibatkan pencemaran udara secara massiv.
Beda halnya dengan dugaan yang terjadi saat ini terhadap beberapa perusahaan yang bergerak dibdang minerba khususnya batu bara. Sumbangan asap yang diduga berasal dari stockpile batu bara sangat kecil menjadi sector penyumbang asap dalam jumah besar. Karena, perusahaan batu bara sudah mengantisipasi dan meminimalisir terjadinya kebakaran yang mungkin terjadi.
Memang suatu tantangan besar bagi perusahaan batu bara menghadapi kondisi cuaca yang tidak menentu. Berbagai pihak masing masing berupaya untuk mengatasi dan mencari solusi agar dampak kondisi tidak semakin meluas dan berbahaya khususnya masyarakat.
Dikatakan Yayan Suhendri selaku External Relation Manager PT Servo Lintas Raya dan PT Swarna Dwipa Dermaga Jaya, perusahaan tentu sudah siap untuk menghadapi kondisi tersebut sejak Bulan Juli 2023, karena tanda-tanda dari kondisi alam ini sudah mulai terlihat sejak Bulan Juli 2023 tersebut.
“Langkah yang kami lakukan adalah, mulai dari pencarian vendor yang menyewakan water truck (WT), penambahan sumber air (waterfill), penambahan dust supression system (DSS), pemesanan tambahan chemical, hingga mempersiapkan fasilitas pengobatan gratis kepada warga sekitar,” ujarnya.
Untuk penanganan swabakar sendiri, WT yang berada distockpile diberi tambahan chemical untuk pemadaman api supaya api yang terjadi di tumpukan stockpile tidak meluas dan tidak mengurangi kualitas batubara. Begitupun disetiap fasilitas crusher dan BLC titik dust suppression system (DSS) nya ditambahkan titik penyiraman dan air yang digunakanpun telah ditambahkan chemical juga sehingga tetap menjaga kualitas batubara milik customer.
“Sementara diperusahaan, stockpile menjadi salah satu lokasi penting yang menjadi perhatian. Selain meminimalisir terjadinya swabakar, upaya untuk mempercepat pengangkutan juga menjadi solusi memperkecil kemungkinan hal itu terjadi. Seandainya terjadi swabakar, asap yang ditimbulkan juga tidak separah apabila lahan atau hutan yang terbakar,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Direktur Oprasional Ucoal Sumberdaya, Pempieno Rizka Nourishma, sangat kecil kemungkinan kalau stockpile menjadi sumber penyumbang asap. Pasalnya, perusahaan pasti akan mengantisipasi swabakar yang terjadi di stockpile. “Salah satu langkah yang dilakukan apabila hal itu terjadi adalah menimbun batubara kedalam tanah untuk meminimalisir adanya rongga dan udara di tumpukan batubara apabila terjadi kebakaran di stockpile,” ujarnya.
Selain itu, swabakar sangat lazim terjadi, dan hal itu terjadi apabila penumpukan batubara di stockpile lebih dari sepuluh meter dan tidak padat serta waktu penumpukan yang terlalu lama sehingga memungkinkan terjadinya kebakaran. “Dan hal itu sangat dihindari perusahaan, selain karena aroma serta udara yang ditimbulkan kebakaran batubara sangat tidak baik juga lost akan hasil produksi juga pasti dihindari perusahaan,” tambahnya.
Selain itu, Pempieno menambahkan, apabila kemungkinan besar terjadinya kebakaran pada matrial batubara dan sulit dipadamkan biasanya terjadi di lokasi tambang (lubang tambang). “Dibeberapa lokasi tambang kadang sulit dijangkau alat berat, hingga api sulit dipadamkan yang kemudian api padam dengan sendirinya. Belum lagi terjadi longsor di lokasi, hal itu menambah sulit kondisi dilapangan. Namun tidak berdampak pada asap yang mengepul atau bervolume tinggi akibat kebakaran mineral batubara ini,” pungkasnya.